Keputusan pembentukan komite penyelidikan ini, yang disetujui dengan 245 suara berbanding satu pada Senin (9/12/2025), muncul setelah pemerintah membatalkan audiensi publik awal Desember lalu yang dijadwalkan menyajikan temuan sementara.
Pembatalan itu memicu kemarahan keluarga korban yang menyebut rencana audiensi sebelumnya sebagai penyelidikan diri yang dirancang untuk meremehkan dan menutupi bencana.
Kemarahan keluarga korban, hampir setahun setelah kecelakaan, terutama tertuju pada Badan Penyidik Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api (Araib) yang melakukan penyelidikan resmi.
Keluarga menilai ada kontradiksi struktural karena Araib bertanggung jawab langsung kepada Kementerian Perhubungan, departemen pemerintah yang sama yang bertanggung jawab atas keselamatan bandara dan struktur betin yang diduga memperburuk bencana.
Penyelidikan ini telah diwarnai sejumlah kontroversi. Pada Juli lalu, keluarga korban mengganggu pengarahan pers yang rencananya menyebutkan bahwa penyidik menyalahkan error pilot karena mematikan mesin yang masih berfungsi setelah bird strike.
Bulan lalu, pemeriksaan ulang reruntuhan pesawat dibatalkan setelah penyidik menolak permintaan keluarga untuk memotret proses tersebut.